Manado, BERINDOS.com. – Program dan inovasi di
bidang pendidikan memang seringkali berganti, kesemuanya tentunya
bertujuan mendorong pendidikan menuju kearah kualitas yang mumpuni. Hal
itu terlihat dalam prodak kebijakan pemerintah yang serius diterapkan,
salah satunya yakni program Full Day School (FDS) yang begitu populer di era pemerintahan Jokowi-JK saat ini.
Merespon ‘ramainya’ pembicaraan publik, bahkan mengarah pada kekhawatiran atas diterapkan program FDS ini, Devis Oktavianus Pinontoan
aktivis pemuda yang juga praktisi pendidikan menyampaikan pendapatnya. Selasa (15/8), mengatakan bahwa sebagai Pendidik Kristen dirinya ikut prihati atas tanggapan negatif terhadap program FDS.
”Sebetulnya
saya prihatin dengan beberapa komentar miring terkait adanya full day
school, saya sebagai pengajar atau pendidik Kristen juga tentunya
memahami plus minus program FDS ini. Dengan adanya full day school ini
sebenarnya sangat membantu orang tua untuk mengontrol aktivitas anak
mereka. Kenapa? Karena, aktivitas anak kurang lebih seharian atau 8 jam
di dalam sekolah dikontrol penuh oleh pihak sekolah dan itu menjadi
nilai plus untuk orang tua supaya tidak berpikir macam-macam dengan
pergaulan anak diluar pengawasan mereka,” ujar Devis.
Lanjut ditambahkannya, hakikat pendidikan diantaranya melahirkan
siswa yang berkarakter dan itu terlahir melalui proses yang disiplin
serta terus-menerus dilakukan secara sistematik. Memang diakuinya,
dilain sisi FDS menyedot energi stakeholder pendidikan kita di Republik
Indonesia tercinta, namun kesemua itu bermaksud mengembangkan kompetensi
dan potensi para siswa itu sendiri.
”Saya
pun sebagai Pendidik Kristen diarahkan dan diberi tanggung jawab untuk
lebih mengenal dan mengontrol karakter anak. Disatu sisi, full day
school sangat menguras energi nara didik. Namun disisi lain, dengan
adanya full day school ini mengajarkan pentingnya hubungan siswa dengan
Sang Pencipta, hubungan mereka dengan sesama (dalam arti bukan hanya
manusia tapi seluruh makhluk ciptaan Tuhan), menggerakkan pengetahuan
mereka serta mengembangkan ketermapilan mereka tentunya. Memang full day
school ini terkesan seperti dipaksakan oleh segelintir orang tetapi
jika ini pun terpaksa dilakukan akan jadi kebiasaan dan terbiasa
dikemudian hari,” tutur Devis menutup. (***)
Tim Partner: Editor (Alfrets)
Posting Komentar